Do'a adalah senjata para mukmin, do'a juga ibadah bagi hamba sebagai manifestasi kedudukan abdullah (hamba Allah). Pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan Indonesia, Banyak para Alim Ulama’ dan Kyai yang mengajarkan do’a dengan redaksi bahasa Jawa.
Tentang do'a-do'a berbahasa Jawa, al-Maghfurlah Romo KH. Ahmad Idris Marzuki, Lirboyo, pernah dawuh:
“Koe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazaji dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.”
(Kamu jika mendapat do'a-do'a Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat do'a Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah do'a dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah do'a memakai bahasa Jawa. Jika bertemu wali Madura menggunakan bahasa Madura).
Berikut ini adalah contoh doa berbahasa Jawa yg diijazahkan oleh para Kyai dari berbagai daerah di Jawa.
Pertama, KH. Dalhar Watucongol Magelang mempunyai do'a,
“Allahumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Allahumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Allahumma kitra-kitri, sugih bebek sugih meri. Allahumma kitra-kitri, sugih sapi sugih pari.”
(Redaksi doa ini memberikan maksud kita mohon kepada Allah SWT agar diberikan banyak ternak bebek, sapi, dan hasil sawah ladang).
Syair Doa dengan bahasa Jawa ini sering dimunajatkan oleh KH. A. Mahin Thoha, Lirboyo yang diterima dari KH. A. Chalwani Nawawi, Berjan Purworejo yang diterima dari KH. Dalhar bin Abdurrahman, Watucongol.
Kedua, KH. Achmad Chalwani Nawawi mempunyai doa, “Bismillahirrahmānirrahim. Kun Fayakun, rinekso dhening Allah, jinogo dhening moloekat papat, pinayungan dhening poro nabi, Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.” (Bismillahirrahmanirrahim. Kun Fayakun, semoga dijaga oleh Allah, dijaga oleh 4 malaikat, dipayungi oleh para Nabi, Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah).
Ketiga KH. Ma’ruf Kediri mempunyai do'a suwuk untuk bekal pasukan Hizbullah dan ditiupkan ke air, “Allahumma sallimnaa minal bom wal bedil wal bunduq wal martil wa uddada hayatina.”
(Ya Allah selamatkan kami dari bom dan senapan dan meriam dan jagalah hidup kami).
Keempat KH. Bisri Musthofa meriwayatkan do'a dari KH. Kholil Kasingan Rembang sebuah doa agar berhasil menyapih bayi. “Bismillahirrahmanirrahim. Cerma ratu, si bayi laliyo duduh susu, ilingo sego lan banyu, adem asrep, saking Allah Ta’ala, Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah.”
(Bismillahirrahmaanirrahiim, Cerma ratu, si bayi lupakan dari air susu, ingatlah nasi dan air, adem asrep, dengan kehendak Allah Ta’ala, Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah).
Kelima, KH. Bisri Musthofa juga meriwayatkan doa dari KH. Ma’ruf Kediri agar orator dan orang berpidato diberi kelancaran.
“Bismillahirrahmanirrahim, sang manik cemar uripmu wus kacekel, diluk dingkul katungkul dingkul. (diwoco ping 3 tanpo ambekan) Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah.”
Komentar
Posting Komentar