Langsung ke konten utama

Logika, Filsafat, Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi

LOGIKA, FILSAFAT, EPISTEMOLOGY, ONTOLOGI DAN AKSIOLOGI

Dalam menjelaskan 3 metodologi (ontology, epistemology dan aksiologi ) di dalam filsafat, penulis akan memulainya dari penjelasan Logika (mantiqiyah) dan penjelasan Filsafat secara garis besar baru kemudian baru masuk kedalam setiap tema yang diminta untuk dijelaskan agar kerangka pengetahuan lebih terstruktur dan jelas.
   
Alasan penulis untuk menggunakan pendekatan Logika terlebih dahulu karena sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yaitu untuk memahami hakikat kebenaran yang dikaji didalam Filsafat seorang manusia haruslah terlebih dahulu berfikir secara benar (Mantiqiyah) karena mustahil bagi penulis untuk memahami Filsafat (hakikat kebenaran) jika penulis dalam berfikirnya masih rancu (salah/ keliru).

LOGIKA

Logika (Mantiqiyah) sebelum saya mendefinisikan apa itu logika, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu apa definisi, definisi menurut kamus Merriam-Webster adalah batasan (distinction) pada sesuatu (baik pemahaman dan ekstensi) agar menjadi jelas (definitef), jadi definisi adalah batasan terhadap sesuatu agar menjadi jelas.

Dalam penjelasannya di buku pengantar filsafat Islam Muthahhari menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan sesuatu haruslah berdasarkan 2 kaidah dasar yaitu; pendifinisian berdasarkan kata (lafadz) atau etimologis dan berdasarkan makna (maknawi) atau terminologisnya.

Definisi logika secara etimologis berdasarkan kata Logos yang berarti kata yang kemudian dipahami sebagai alasan/pemahaman yang diargumentasikan dan kemudian secara terminologis dipahami sebagai cara berfikir benar atau “Ilmu Yang Membahas Aturan-Aturan Umum Tentang Kebenaran Berpikir”

Subyek dari ilmu logika adalah Pikiran manusia atau definisi dan argumen.

Karakter Ilmu logika dan kaitannya dengan ilmu yang lain

  1. Kelompok pertama menganggap ilmu logika adalah ilmu tersendiri (mustaqil)
  2. Kelompok kedua menganggap ilmu logika adalah ilmu alat (rabith)
  3. Kelompok ketiga adalah yang memadukan kedua kelompok diatas yaitu baik sebagai kajian ilmu tersendiri maupun juga sebagai pisau analisa (alat) untuk memahami ilmu pengetahuan yang lain, dan penulis lebih condong untuk memilih pendekatan kelompok yang ketiga
  4. Kesimpulannya logika bisa dianggap sebagai ilmu tersendiri juga sebagai alat bagi ilmu yang lain
Pembahasan Lafazh (kata), kata digunakan untuk menjelaskan makna sesuatu yang wujud, oleh karena itu penulis disini akan menjelaskan penjelasan dan pembagian tentang wujud menurut ilmu logika;

Wujud Hakiki
Wujud hakiki adalah wujud yang tidak dibuat-buat, dan wujud hakiki ini dibagi menjadi 2 yaitu;
Wujud Hakiki Luar (Realitas Eksternal)
Realitas Eksternal yang biasanya disebut juga dengan wujud ekstensi/ khariji/ mishdaq adalah wujud luar akal yang memiliki realitas konkret seperti polpen, bangku, meja, laptop, dll.

Wujud Hakiki Dalam (Realitas Internal)
Wujud ini biasa dikatakan juga sebagai wujud dzihni yaitu wujud pahaman di dalam akal manusia setelah melakukan abstraksi (tajrid) terhadap wujud-wujud realitas eksternal.

Wujud Non-Hakiki
Wujud non-hakiki adalah wujud yang dibuat (tidak hakiki) oleh manusia untuk mewakili makna di dalam penjelasan mengenai realitas, wujud non-hakiki pun dibagi kedalam dua bentuk;

Wujud Kata (Lafazh)
Manusia – satu-sama lain – untuk mengutarakan pikiran dan keinginannya tidak bisa membawa makna-makna alias wujud luar. Bahkan, kadang kala tidak mampu melakukannya –misalnya ingin mengatakan bahwa laut itu luas, sedangkan ia ditempat yang lebih jauh dari laut. Maka, maka manusia perlu kepada sesuatu yang lain, demi memudahkan komunikasi. Kekuatan fitrahnya telah membuat manusia mampu membuat sesuatu yang diperlukannya tersebut.

Hasil buatan manusia inilah yang disebut “Kata”. Wujud ini adalah wujud yang dibuat-buat oleh manusia sesuai dengan kesepakatan. Karena itulah hasil kesepakatan tersebut berbeda antara kelompok dengan kelompok lain.

Kesepakatan yang dibuat manusia telah membuat “kata” mempunyai hubungan erat dengan maknanya. Sehingga, ketika kita mendengar katanya – misalnya,“langit” – seakan kita melihat makna yang dikandungnya itu sendiri. Jadi,kata-kata berfungsi mendatangkan makna dalam akal pendengarnya.

Wujud Tulisan (Katbi)
Dengan kata –hasil penemuannya – manusia masih belum dapat cukup mencukupi segala keperluan komunikasi, karena kata-kata hanya dapat dipakai dalam komunikasi jarak dekat atau langsung, sedangkan komunikasi yang diperlukan mencakup yang tidak langsung. Karena keperluan itulah akhirnya manusia membuat lagi sesuatu yang baru untuk melambangkan – mewakili – kata-kata itu, sehingga akhirnya mencapai makna. Inilah yang disebut “tulisan”.

Jadi, untuk mengutarakan pikiran dan keinginannya yang tidak langsung – kepada yang jauh atau akan datang – manusia menggunakan tulisan untuk mendatangkan kata-kata, yang dengan kedatangan kata-kata tersebut akan datang pula makna yang diinginkannya pada akal pembaca tulisannya.

FILSAFAT


  • Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Socrates dengan menyatakan dirinya sebagai philos-sophien atau pencinta kebijaksanaan tapi bukan menjadi seorang yang bijaksana dan dalam bahasa arab Filsafat disebut dengan Al-Hikmah atau cinta kebijaksanaan.
  • Didalam Filsafat sendiri terdapat 2 pembagian utama;
    • Pertama adalah Filsafat Teoritis, yaitu Filsafat yang membahas apakah ini benar apakah ini salah atau pembahasan mengenai kebenaran akan suatu hal, yang dalam bahasa arab dikatakan dengan al-hikmah al-nazariyah.
    • Kedua adalah Filsafat Praktis yaitu Filsafat yang membahas apa yang harus dilakukan dan yang jangan dilakaukan atau dalambahasa arabnya disebut dengan al-hikmah al-amaliyah.
  • Filsafat Teoritis sendiri terbagi kedalam 3 tema utama:
    • Pertama Ilmu Alam/Fisis: mengkaji alam atau objek yang bisa diinderai, dalam bahasa arab disebut dengan Thabi’iyat.
    • Kedua adalah matematika (Razi’iyat); geometry, aljabar, astronomy dan musik.
    • Ketiga adalah pembahasan yang wujud /ada atau dalam bahasa arab disebut dengan al-hikmah al-ilmul ula (ilmu awal)/ Al-Awwal/ Al-Illahiyat

  • Filsafat Praktis juga terbagi kedalam 3 tema utama:
    • Pertama adalah Moralitas (akhlak) adalah ilmu yang membahas apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan dilakukan, seperti sopan-santun, penyabar, dll.
    • Kedua adalah Ekonomi atau dalam bahasa arabnya adalah thabireh manzel, mengenai bagaimana mengatur urusan rumah tangga yang kemudian meluas menjadi kajian ekonomi mikro (perdagangan) dan makro (moneter).
    • Ketiga adalah Politik (As-Siyasah) pembahasannya terkait bagaimana mengatur dan menciptakan tatanan masyarakat yang baik.
Jadi filsafat dalam hal ini memiliki objek pembahasan yang luas dan terkait dengan semua realitas.

EPISTEMOLOGI

Penulis dalam hal ini sebelum menjelaskan apa itu epistemology, akan menjelaskan dulu apa itu ilmu, bisa dikatakan ilmu adalah pengetahuan yang dharury/ badihi/ swabukti (mudah) sehingga tidak perlu didefinisikan (dibatasi) karena malah akan membatasi makna ilmu sendiri, seperti ungkapan Imam Ali dan Mulla Sadra ilmu itu ibarat Cahaya, dan karakter cahaya yang menerangi tentu seperti ilmu yang juga menerangi pengetahuan manusia yang sebelumnya terhijab oleh ketidaktahuan manusia, Ilmu adalah sebagai sumber cahaya tentu sudah sangat terang sehingga tidak perlu dijelaskan malahan ilmulah yang menjelaskan (baca; menerangi) pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya masih tidak diketahui oleh manusia (Baca;hijab).
     
Kalaupun penulis ingin menjelaskan ini dalam konteks menjelaskan saja bukan mendefinisikan (baca; membatasinya), dari sini bisa dijelaskan bahwa ilmu adalah Kehadirannya wujud non-material (fenomena) pada wujud non-material yang lain (akal) atau hadirnya suatu maujud pada non-material atau mudahnya adalah adanya gambaran (pahaman) didalam akal.

Definisi Epistemologi

Epistemologi sendiri secara etimologis adalah Episteme (mengetahui) dan Logos (ilmu) atau mengetahui ilmu dan kemudian secara terminologis didefinisikan sebagai teori-teori ilmu pengetahuan, jadi focus dari epistemology adalah pmbahasan yang terkait dengan metode-metode didalam ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan adalah gambaran wujud non-materi kepada wujud non-materi yang lain,disini menekankan pada gambaran terhadap ilmu pengetahuan, berdasarkan yang penulis ketahui gambaran didalam ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu;

  • Hushuli. Adalah pengetahuan yang diperoleh melalui perantaranya/gambarannya (form/ shurah) atau disebut juga dengan konsep mental (al-mafhum al-dzihni) atau diistilahkan juga dengan pengetahuan yang diperoleh melalui perantara lain (Representsasional), cth konsep,warna,bentuk,panas,dll.


  • Hudhuri. Adalah  pengetahuan yang diperoleh diri sesuatu itu sendiri (dzatinya/nafs al-amarnya) dan diperoleh tanpa perantara/secara langsung (presentsasional), contoh ilmu tentang keberadaan (eksistensi), perasaan jiwa, dll.

Ilmu sendiri dibedakan kedalam beberapa bagian terkait dengan sumber/alatnya:

  • Ilmu panca indera/ empirisme. Adalah ilmu yang menggunakan indera sebagai sumber pengetahuannya, ilmu ini terkait sekali dengan indera manusia sebagai affirmasi terhadap apa-apa yang diketahuinya,sedangkan rasio hanyalah sebagai alat dari pengetahuan indera saja dalam hal mengelola konsepsi gagasan-gagasan inderawi, ilmu empirisme ini dalam proses pentashdiqan (penghukumannya) bersifat particular dan induktif.
  • Ilmu Illmunasi (rasa). Adalah Ilmu yang menggunakan hati/ rasa/ intuitif sebagai sumber pengetahuannya dan berfungsi mengetahui hal-hal yang non-material seperti cinta kasih, marah, benci, dll, karakteristik dari pengetahuan ini bersifat spekulatif dan tidak bisa dibawa keluar selain dari subjek yang merasakannya.
  • Ilmu Akal/Rasionalisme. Berdasarkan fungsinya,ilmu rasional memliki beberapa tahap;
    • Tahap pertama sebagai sebagai pengetahuan khayal/mitsal, dimana Rasio disini hanya sebagai alat dari sumber pengetahuan yang lain yaitu alam (inderawi) seperti konsep perbandingan,perpaduan,kategorisasi,dll, disini pengetahuan Rasio masih bersifat hushuli, pengetahuan ini disebut juga dengan Ma’qulatu al-awwaliyyah.
    • Tahap kedua adalah pengetahuan Rasio itu sendiri, dimana Rasio adalah alat sekaligus sumber dari pengetahuan itu sendiri, seperti pengetahuan tentang non-kontradiksi, keniscayaan sebab, Relasi dan Identitas, disini pengetahuan Rasio bersifat Hudhuri, pengetahuan ini disebut juga dengan Ma’qulatu ats-tsanawiah.
ONTOLOGI

Ontologi secara etimologis terdiri atas onto (ada) dan logos (ilmu), jadi ontology adalah ilmu yang membahas tentang ada/Wujud.
Wujud sendiri menurut penulis adalah pengetahuan yang tidak memerlukan pendefinisian karena kebadihian dari pengetahuan ini, tidak ada yang bisa memungkiri tentang keberadaan kecuali orang tersebut terkena penyakit skeptis yang parah.

Wujud/ ada kalau dianggap sebagai sesuatu maka ada adalah sesuatu yang meliputi segala sesuatu, ada/ eksistensi adalah tempat bergantung semua essensi (keapaan).

Berikut beberapa pen-definisi-an mengenai wujud/ ada;

    • Wujud adalah keberadaan
    • Wujud adalah terma paling inklusif dan meliputi segala sesuatu
    • Wujud pasti dapat menemukan dan ditemukan
    • Kalaupun dianggap wujud memiliki essensi maka essensi dari wujud adalah ke-eksistensi-an itu sendiri
    • Wujud bersifat tunggal dan sederhana
    • Wujud itu tak terhingga
Ashalat Al-Wujud
Setelah wujud sudah tidak dapat diingkari keberadaannya karena keberadaan itu adalah wujud itu sendiri, maka penulis akan masuk kedalam pembahasan berikutnya yaitu tentang ke-mendasar-an wujud.

Dalam kaidah filsafat dipahami bahwa sesuatu itu pasti terdiri atas 2 hal yaitu eksistensi dan essensi, setelah mengetahui kedua hal ini kemudian timbul pertanyaan didalam benak kita, diantara dua hal tersebut yang mana yang nyata apakah essensi atau eksistensi, karena beradasarkan prinsip non-kontradiksi mustahil terhadap dua sifat yang bertolak belakang ada didalam satu hal sekaligus, maka permasalahan ini menjadi polemik yang rumit di filsafat, namun penulis akan mencoba menguraikan pandangan penulis secara sederhana disini.
Pandangan Filsafat Peripatetis

Kelompok peripatetik menganggap bahwa kemendasaran wujud yang hakiki bukanlah berada direalitas eksternal akan tetapi berada didalam pahaman, karena pluralitas dan perbedaan (tabayun) wujud diluar tidak dapat diingkari, sehingga kelompok ini beranggapan bahwa kemendasaran itu terjadinya dipahaman, sedangkan diluar plural.

Pandangan Filsafat Hikmah Muta’aliyah
Kelompok ini  beranggapan bahwa kemendasaran yang hakiki adalah wujud (baik internal/ pahaman dan eksternal/ mishdaq), untuk menjelaskan bahwa diluar selain wujud hanya ada dua kemungkinan yaitu ketiadaan (nothingness/ adam) dan kuiditas (essensi/ keapaan), karena tiada itu adalah ketiadaan maka sudah pasti tidak ada, sedangkan kuiditas/essensi adalah realitas kuiditas yang bersifat I’tibhar (persepsi) saja yang melekat pada wujud, sehingga menurut anggapan penulis yang mendasar di realitas adalah wujud (Ashalat Al-Wujud).

Tasykik Al-Wujud
Karena sudah dapat dipahami bahwa yang hakiki itu adalah wujud, maka kemudian timbul pertanyaan, apakah yang banyak (plural) ini, nah disinilah kemudian timbul pernyataan bahwa yang ada itu juga wujud, hanya saja wujud yang banyak ini adalah diadakan (wujud mumkin/ wujud bil ghair) oleh wujud mutlak (wajib al-wujud/ wujud bidz zat).

Dari hubungan Gradasi Wujud inilah kemudian melahirkan konsep-konsep yang lain antara lain sebagai berikut;
Rabith dan Mustaqil
Wajib dan Mumkin
Illah dan Ma’lul
Jawhar dan Aradh
Harakkah Jawhariyyah
Wahdat Al-Wujud

AKSIOLOGI

Secara etimologis Aksiologi berasal dari kata aksi (tindakan) dan logos (ilmu) atau ilmu yang terkait tindakan, Dan pembahasan utama didalam aksiologi adalah terkait nilai baik-buruk terhadap sebuah tindakan. Permasalahan utama di dalam aksiologi adalah penilaian baik-buruk, manakah yang dimaksud dengan buruk yang hakiki dan mana yang dimaksud dengan baik yang hakiki. Nilai baik dan buruk sangat terkait sekali dengan pengetahuan (epistemologi). Didalam epistemologi dijelaskan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara realitas eksternal dan realitas internal. Sedangkan kebenaran menurut aksiologi adalah kesesuaian antara etika (kebaikan subjective) dan hukum (kebaikan objective). Kebaikan secara ontologis adalah keniscayaan didalam realitas manusia.

Karena kebaikan secara meta-akhlak adalah keniscayaan, maka apa makna keburukan itu??, keburukan berangkat dari adanya persinggungan tindakan dialam oleh manusia yang sama-sama bertindak berdasarkan kebaikan menurutnya jadi keburukan itu timbul dari adanya persinggungan kebaikan tadi atau bahasa mudahnya, keburukan adalah pemahaman yang manusia miliki secara I’tibhar (persepsi/ interpretasi) saja.

Pembahasan Nilai Baik dan Buruk
Pembahasan Nilai berada pada ranah epistemology (pengetahuan)
Nilai kebaikan adalah mutlak dan dzati (nafs al-amar)
Nilai keburukan adalah relative dan I’tibhar

Aksiologi; kesesuaian antara etika (nilai pengetahuan tindakan internal/ subjektif) dengan hukum (nilai pengetahuan tindakan eksternal/ objektif/ diacui).

Didalam penjelasan etika, Ayatollah Jawadi Amuli pernah mengatakan bahwa orang yang dikatakan beriman adalah orang yang akal aplikatif (hati) nya sesuai dengan akal teoritis (rasionalitas) nya,  contohnya; ketika seorang manusia mengetahui bahwa api itu membakar/panas maka dia tidak menyentuhnya, atau ketika seseorang mengetahui bahwa Allah itu maha melihat maka dia tidak akan berbuat keji dan munkar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JIHAD DALAM PERSPEKTIF PESANTREN

Konsepsi Humanis Gerakan Pembebasan Melalui utusan-Nya, Muhammad saw. Allâh menurunkan Islam sebagai syariat bagi seluruh umat yang berakal. Sebuah risalah yang paripurna menjadi pedoman universal mencapai prospek harmonis kehidupan duniawi-ukhrowi (sa'âdah ad-dâroin). Islam memandang dunia bukanlah sebagai obsesi kebahagiaan terakhir, tetapi merupakan awal episode menuju kehidupan panjang tanpa batas akhir. Penciptaan alam semesta adalah karunia Allâh yang disediakan sebagai fasilitas kehidupan manusia di dunia. Diperlukan lima elemen pokok (dlorûri) untuk mengawal keberlangsungan kehidupan duniawi yang ideal, yakni agama, nyawa, akal, keturunan dan harta. Islam hadir untuk melindungi lima kebutuhan elementer tersebut, maka Islam mewajibkan jihad guna melindungi agama sekalipun nyawa sebagai tawarannya. Nyawa harus dilindungi meski harus mengorbankan akal. Demikian juga keturunan harus dilindungi meski mempertaruhkan harta.  Legislasi jihad dalam Islam buk...

Do'a Dalam Bahasa Jawa

Do'a adalah senjata para mukmin, do'a juga ibadah bagi hamba sebagai manifestasi kedudukan abdullah (hamba Allah). Pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan Indonesia, Banyak para Alim Ulama’ dan Kyai yang mengajarkan do’a dengan redaksi bahasa Jawa. Tentang do'a-do'a berbahasa Jawa, al-Maghfurlah Romo KH. Ahmad Idris Marzuki, Lirboyo, pernah dawuh: “Koe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazaji dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.” (Kamu jika mendapat do'a-do'a Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat do'a Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah do'a dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah do'...

SUFISME (Tarekat / Thoriqoh)

Manhaj Esoterisme Mistikus dan Ketegangan Dimensional  Iman, Islam dan ihsan adalah trilogi ad-dîn yang membentuk tiga dimensi keagamaan meliputi syarî'ah sebagai realitas hukum, tharîqah sebagai jembatan menuju haqîqah yang merupakan kebenaran esensial. Ketiganya adalah sisi tak terpisahkan dari keutuhan risalah yang dibawa Muhammad saw. yang menghadirkan kesatuan aspek eksoterisme dan esoterisme. Islam mengandung kedua aspek tersebut sekaligus. Wilayah eksoterisme meliputi persepsi moral dan hukum formal-institusional, sedangkan esoterisme meliputi hikmah transendental dan kesatuan mistis yang keduanya adalah syariat atau hukum agama.  Meskipun dikotomis antara eksoterisme dengan esoterisme telah diungkapkan oleh aL-Qur'ân sendiri melalui ketokohan Musa dan Hidlir, di mana Musa dikisahkan sebagai tokoh eksoterisme yang tidak bisa memahami makna di balik sikap dan perilaku Hidlir yang digambarkan sebagai tokoh yang memiliki hikmah esoterisme, namun k...

Inovasi Karya Anak Bangsa Gas Alternatif

Sulit cari gas..? Ini bisa jadi alternatif. Kompor uap bensin, solusi hemat di tengah krisis gas LPG. Sistem kerjanya menggunakan pompa udara aquarium yg ditiupkan melalui selang input ke dalam jerigen atau botol. Semacam blower lah. Uap bensin dari dalam botol akan keluar melalui selang output menuju kompor gas. 1 liter bensin premium/pertalite/pertamax, pemakaiannya bisa setara dengan tiga tabung gas LPJ 3 kg. 

KAJIAN PESANTREN (Tradisi Dan Adat Masyarakat Yang Dianggap Bid'ah Serta Tanpa Dalil)

PENGERTIAN SELAMETAN ATAU HAUL Haul berasal dari bahasa arab : berarti telah lewat atau berarti tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya (khol/ selametan ewong mati) yaitu : suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seorang yang ditokohkan dari para wali, ulama’, kyai atau salah satu dari anggota keluarga. Rangkaian Acara Selametan atau Haul 1. Khotmul Qur’an yaitu membaca al-Qur’an 30 juz (mulai dari juz 1 s/d juz 30). Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz 5, hal. 258. menegaskan. ﻳُـﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔًﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْـﺘَـﻐْﻔِﺮُ ﻟَﻪُ . ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍَﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍَﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ : ﻳُـﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ ﺧَﺘَﻤُﻮْﺍ َﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥَ ﻛَﺎﻥَﺍَﻓْﻀَﻞُ . ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ 5: – 258 Artinya “Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendoakan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendap...